Thursday 16 June 2011

Takdir

Jadi kemarin, gue bertemu Abang dan ngobrol cukup lama di halte busway Kuningan Timur. Kejadian kemarin itu benar-benar diluar skenario yang telah gue buat untuk bertemu Sohib. Sumpah tidak pernah terpikirkan dalam benak gue untuk berharap hal itu terjadi dan gue bahkan tidak berani sekalipun untuk mengkhayalkannya.

Gue sama sekali tidak menyadari keberadaannya karena dia terlihat berbeda, sangat berbeda.

KRONOLOGIS KEJADIAN:

Kuningan Timur (TransJakarta BusWay's Shelter). Rabu, 15 Juni 2011.

12.57 pm, gue benar-benar cape saat sampe KunTi, sesampainya disana gue memilih untuk duduk, minum dan makan Choki-choki yang gue beli di depan UNJ saat pulang tadi. Selang beberapa menit gue berdiri, karena gue memang tidak begitu betah untuk duduk terlalu lama.

01.01 pm. Datanglah sepasang kakek-nenek dari pintu masuk, saat mereka berdua masuk gue sempat melihat sosok seseorang yang mirip sekali sama Abang di ujung, hanya saja dia sedikit berbeda, sehingga gue kembali memperhatikan kakek-nenek itu. Si kakek menggandeng erat tangan si nenek, mereka berdua sungguh luar biasa.

01.05 pm. Kakek-Nenek itu akhirnya naik juga ke ragunan. Dengan choki-choki masih dimulut, gue tidak menyadari jika gue tersenyum, setelah melihat ke serasian mereka dan berfikir bisakah gue seperti mereka, mempertahankan cinta gue sampai mati :))

Sampai akhirnya sebuah suara ghaib membuyarkan lamunan gue, seorang pria berbisik kekuping kanan gue dan bertanya "mba, Dukuh Atas kearah mana ya?", saat gue nengok dan memandang wajahnya, dunia seperti berhenti berputar *kaya di film-film gitu deh, tapi kenyataannya emang begitu, gue nggak bohong dah*. Wajah itu, wajah yang pernah gue kenal, dan sangat tidak asing lagi. Saat memandangnya otak gue seperti diobrak-abrik, seakan-akan semua kenangan orang ini yang telah gue susun rapih disetiap sudut otak gue dengan susah payah memaksa untuk kembali keluar.

Yeaaah, pria ini memang pria yang pernah gue kenal, dia adalah Abang. Saat itu gue hanya tersenyum dan memutuskan untuk kabuuuur, tapi lalu dia menarik tas gue. Dengan sekuat tenaga gue menahannya *orang yang melihat mungkin akan berpikir gue adalah seorang pencuri atau apalah yang sedang dikejar*. Lalu dia berhasil memegang tangan gue dan menarik gue, guepun menuruti permintaannya untuk duduk disampingnya.

Gue duduk disampingnya, dia sama sekali tidak melepaskan genggamannya, dan dia berkata "makan sendirian aja tambah endut baru tahu rasa", gue langsung memberikannya Choki-Choki yang sebenarnya gue beli untuk Sohib. Gue langsung menarik tangan gue dari genggamannya dan membuat pernyataan "berarti sekarang lu utang gope buat Choki-Chokinya yak". Dia langsung ngomong "kamu nyariin aku nggak kemarin-kemarin?" gue menyadari gue langsung gelagapan saat dilemparkan pertanyaan seperti itu, gue langsung mengalihkan pembicaraan "iiiih kamu beda banget sih tanpa seragamnya kamu yang lucu itu" sambil mencubit pipinya, dan bodohnya itu memberikan kesempatan ke dia untuk menggenggam tangan gue lagi, sumpah gue nggak tau dari mana semua ucapan dan sikap itu berasal. "kenapa? Tambah ganteng ya?" dia bertanya lagi, gue menimpalkan "hidiiih, cuiiiih, mbel, ganteng apanya?..." dengan memandangnya, gue tidak bisa memungkiri jika dia memang terlihat tampan dan jauh lebih baik "...nggak deh, kamu ganteng kok, guaaanteeng banget, udah ah, jadi jiji kita ngomongnya aku-kamu" lanjut gue. "yaudah... sekarangkan saya kerja di kp.rambutan ga mungkin juga pake seragam". Jika boleh jujur nih kemarin, saat bersama Abang, gue lebih banyak diam dan tertawa, karena gue benar-benar tidak tahu harus bicara apa, lagipula lebih baik diam daripada harus bicara dan keceplosan, urusannya jadi panjang nanti. Ngeliat gue ketawa-tawa dia melanjutkan bicara "sebenarnya saya tuh sering nyari kamu" gue langsung bengong aja gitu waktu denger dia ngomong gitu, gue nggak tau harus bilang apa, jadi dengan nada kesel gue bilang "Eh lu tuh niat nggak sih nyari gue? Klo nyari gue ya carilah di UNJ, gue kuliah disana, lu kan tau, setiap hari gue juga pasti naek busway, jadi klo lu nyari kesana bisa ketemu, klo mau ngibul pinter dikit mas, gue tau lu ga nyari gue, lagian penting banget lu nyari gue" gue shock waktu ngomong gitu dan berpikir 'gawat dia bisa tau gue demen sama dia' haha. "iiih ko kamu marah sih? Beneran, saya nyari kamu. Saya tuh mikirnya pasti akan ketemu kamu disini. Karena kamu juga naek busway dari sini" oke, gue tambah bingung mau ngomong apaan, jadi gue hanya bilang "saya saya! So tua lu, biasa aja sih, nggak usah pake saya, toh gue juga bukan bos lu" sepertinya dia agak kecewa saat gue bicara seperti itu, "gimana sih aku udah berusaha sopan sama kamu, kamunya ko gitu, kamu mahasiswa bukannya?". Yaaah, guepun sama kagetnya sama dia dengan ucapan gue. "maaf, hari ini aku nggak tau aku sial banget..." ya intinya sih gue ceritain semua kejadian yang gue alamin hari itu kedia, hebatnya gue ceritanya pake aku kamu. Hhhahahaha.


Tapi kemarin gue menyadari, sikap gue ke Abang kemarin bukan hanya karena hari itu gue sial, tapi juga karena gue begitu marah padanya. gue begitu kecewa saat dia pergi, lalu tiba-tiba setelah gue berhasil membuangnya jauh-jauh dari pikiran gue, dia kembali datang, dia bicara tanpa rasa bersalah. jika ternyata gue begitu marah, apa gue salah?

0 comments:

Post a Comment